CINDY DAN LUPUS
Karya: Nuratul syahrani
Senin yang cerah disambut dengan
matahari yang memancarkan sinarnya tanpa lelah. Tentu saja semua orang sibuk
dengan kegiatan mereka masing-masing di hari yang sibuk ini.
Cindy yang sedang siap-siap ingin berangkat
ke sekolah, kaget dengan keadaan rambutnya yang rontok dalam cukup banyak. Ia
pun memanggil mamanya.
“ Mama, kenapa rambut Cindy rontok? Apa
mungkin Cindy penyakitan ? ” Tanya Cindy.
“ Ngaco kamu. Kamu itu dari kecil
jarang terserang penyakit. Mungkin kamu tidak cocok sama sampoomu yang
sekarang. Nanti mama beliin yang baru. Udah turun sana, ditungguin papa tuh.”
Kata Mamanya.
“ Iya Mah. “ kata Cindy sambil
mengambil tasnya dan mengikuti mamanya turun ke lantai bawah rumahnya.
Mama dan papa Cindy sangat menyayangi
anak-anaknya. Mereka rela berkorban apapun demi kebahagiaan anak-anaknya.
Cindy Amalia, seorang siswi kelas 7 di
SMP Merah Putih. Ia anak bungsu dari 3 bersaudara. Ia mempunyai 2 orang kakak,
kakak pertamanya bernama Leo, dan kakaknya yang satu lagi bernama Rini. Mereka
sangat sayang kepada adik bungsunya itu.
Ia memiliki sahabat yang selalu ada
untuknya, mereka adalah Nanda, Melody, Aisyah, Dara, dan Rara. Mereka memiliki
karakter yang berbeda-beda. Nanda seorang atlet yang punya jiwa keras. Melody,
seperti namanya ia memiliki jiwa seni tinggi, dan memiliki suara yang merdu.
Aisyah, orangnya alim dan sangat toleransi terhadap disiplin. Dara orangnya
suka dandan dan selalu berpenampilan
modis. Sedangkan Rara, tubuhnya yang berisi selau membuatnya suka makan.
Namun, sahabat-sahabatnya punya satu sifat yang sama, mereka semua tidak
milih-milih teman, karena itulah mereka bisa bersama.
Cindy orangnya aktif, dan disenangi
banyak orang, karena dia baik dan selau mementingkan orang lain dari pada
dirinya. Namun hidupnya berubah mulai dari sekarang.
Waktu itu, Cindy sudah kelas 9 dan
sedang mengikuti pelajaran olahraga. Dibawah terik matahari, ia dan teman-teman
sekelasnya disuruh lari mengelilingi lapangan sekolah 5 kali putaran. Saat
sudah 3 kali putaran, wajah Cindy tiba-tiba timbul bercak-bercak merah, dan Cindy
mulai merasakan lemas dan lelah dibadannya, iapun memelankan larinya.
Teman-temannya menyadari keanehan itu,
mereka mengamati perubahan Cindy, dan menghampiri Cindy. Namun, sebelum mereka
mengeluarkan suara ingin bertanya pada Cindy. Cindy suaah jatuh pingsan duluan.
Mama dan papa Cindy belari dikoridor
sekolah menuju UKS. Dilihatnya putri bungsunya, terlunglai lemas di kasur.
Diceritakanlah kejadian yang sebenarnya oleh Aisyah pada mama dan papanya
Cindy.
Mama dan papanya Cindy memang sudah
lama merasakan keanehan perubahan fisik pada putrinya itu. Akhir-akhir ini,
Cindy mengalami sariawan yang berkepanjangan, namun saat di periksa ke dokter
spesialis kulit, katanya hanya sariawan biasa. Cindy juga sering kantuk dan pingsan
di rumah, saat diperiksa ke dokter spesialis dalam, katanya hanya kelelahan dan
kurang tidur saja. Padahal Cindy tidak pernah memaksakan diri untuk begadang.
Akhirnya, mama dan papa Cindy
memutuskan untuk membawa Cindy ke RSU terbesar dan terlengkap yang berada di
Jakarta. Setelah mendengar keluahan yang dialami Cindy, diperiksa, dicityscan,
dan mengikuti semua prosedur yang disuruh oleh dokter. Akhirnya, Cindy didiagnosa
mengidap penyakiti Lupus. Mama dan papa Cindy, terkejut mendengarnya, tak tega
ia ingin memberitahu keadaan yang sebenarnya pada anaknya. Akhirnya, mereka
memutuskan untuk sementara ini tidak memberitahu anakanya. Ia hanya memberitahu
kakak-kakaknya dan sahabatya. Walu meraka semua menangis mengetahui keadaan
Cindy yang sebenarnya, tapi mereka tidak ingin keliahatan sedih didepan Cindy.
Sudah 2 bulan, Cindy dirawat dirumah
sakit tanpa mengetahui penyakit apa yang dideritanya. Walau setiap hari, ia
tidak pernah merasa sepi, karena selalu ditemani oleh keluarga dan
sahabat-sahabatnya. Namun tetap sja ia merasa bosan berada di rumah sakit yang
harus diinfus setiap hari. Iapun memberanikan diri untuk memeberitahu mama dan
papanya tentang keinginannya untuk pulang.
Walau sudah mengahasut putrinya untuk tetap
tinggal dirumah sakit, namun Cindy tetap bersikeras ingin pulang. Dengan berat
hati, mereka menuruti keinginan putrinya, karena mereka tidak bisa memberikan alasan
kenapa Cindy harus tetap tinggal dirumah sakit. Dengan janji akan selalu datang
ceck up Cindy diizinkan pulang oleh
dokter.
Cindy menepati janjinya, ia selalu ceck up dan ditemani oleh mama dan
papanya, bergantian dengan kakak-kakaknya dan juga sahabat-sahabatnya. Keadaan
Cindy juga mulai membaik. Dia sudah bisa beraktivitas seperti biasanya.
Namun, akhir-akhir ini ia sibuk dengan
persiapan UNnya, sehingga ia kadang-kadang lupa untuk ceck up yang membuat kondisinya mulai menurun dan membuatnya
kembali dirawat di rumah sakit.
Cindy mulai penasaran tentang penyakitnya,
akhirnya ia memberanikan diri untuk bertanya langsung pada mama dan papanya.
Sudah saatnya Cindy tahu tentang penyakitnya. Akhirnya, mama dan papanya
memberitahunya. Sempat keadaan Cindy drop mendengar bahwa dia menderita
penyakit lupus. Ia mulai tidak ingin minum obat dan merasa putus asa kan
penyakitnya. Namun, sahabat-sahabatnya selalu menghibur dan memotivasinya,
sehingga membuatnya bangkit kembali.
Walau sudah dilarang mama dan papanya
untuk jangan terlalu memksakan diri untuk
belajar. Namun Cindy tidak mendengarkannya. Ia tetap membawa buku
pelajarannya kemana-mana.
Besok, UN SMP akan mulai dilaksanakan.
Cindy memaksa mama dan papanya untuk mengizinkannya mengikuti UN di sekolah.
Dengan pertimbangan yang berat , mama dan papanya menuruti lagi keinginan
putrinya.
Keesokan harinya, Cindy diantar oleh
Mama, Papa, Kak Leo dan Kak Rini berangkat ke sekolah. Dengan seragam sekolah
yang dikenakannya, alat-alat tulis yang sudah disiapkannya dan kursi roda yang
dinaikinya. Ia siap mengikuti UN. Ia berhasil mengikuti UN sampai selesai dan
lancar. Ia tidak sabar menunggu hasilnya.
Cindy konsisten meminum obat dan
mengikuti terapi. Keadaanya sedikit membaik dari kemarin. Akhirnya pengumuman
kelulusan keluar. Ia mendapat nilai tertinggi disekolahnya bahkan se Indonesia
jurusan IPA. Semuanya ikut bahagia.
Dengan prestasi yang baru didapatkannya,
sudah memberikan motivasi baru untuknya. Bahwa apapun penyakitnya, ia tidak
boleh putus asa dan selalu tetap meraih prestasi. Karena ada keluarga dan
sahabatnya yang selalu mendukungnya.
Keadaan Cindy mulai membaik. Sudah
tidak da lagi gejala yang ia rasakan. Dengan terapi dan pengobatan yang diikuti
Cindy. Akhirnya, Cindy dinyataan sembuh dari penyakitnya, dan ia sudah bisa
keluar dari rumah sakit.
Cindy kembali menjadi perempuan remaja
yang aktif seperti dulu. Tidak ada wajah pucat lagi, dan bercak-bercak merah di
pipinya. Ia menjalani hari-harinya menjadi siswi SMA dengan tenang tanpa
dihanatui lagi oleh peyakitnya.
Kini Cindy sudah menginjak kelas 11, ia
menjadi siswi berprestasi. Banyak perlombaan yang ia menangkan, salah satunya
juara satu dalam Lomba Mengarang Nasional tingkat SMA.
Ia sudah tidak khawatir lagi tentang
penyakitnya yang kembali kambuh. Ia sudah benar-benar sembuh dan tidak pernah
lagi merasakan gejala-gejalanya.
Namun, akhir-akhir ini kondisi Cindy
mulai memburuk. Gejala-gejala itu kembali padanya dan lebih parah. Rambutnya
sekarang sudah benar-benar rontok hanya sisa beberapa helai saja. Tubuhnya benar-benar kurus,
sampai –sampai kelihatan garis-garis tulangnya. Bibirnya pecha-pecah dan ada
gumpalan hitam. Berkas-berkas merah timbul di wajahnya hampir semuanya bahkan
dibadannya. Penyakit lupusnya kambuh.
Ia kembali dirawat di rumah sakit,
makin hari kondisinya semakin parah. Sahabat-sahabatnya tak henti-hentinya
menghiburnya walau sangat susah , ia selalu memaksakan senyuman agar selau
terpancar di bibirnya.
Suatu hari, ia benar-benar merasa sudah
tidak kuat lagi menanggung penyakitnya. Ia meminjam laptop abangnya yang berada
di atas meja di sampingnya.
Walau dalam keadaan sakit, ia membuka
laptop itu, dan masuk ke blognya. Ia menulis semua cerita dan perasaannya
tentang penyakit lupus yang sudah lama dideritanya. Ia juga menulis pesan-pesan
untuk mama dan papanya, kakak-kakaknya dan sahabat-sahabatnya. Ia menutup
laptopnya dan kembali disimpannya di meja tadi. Ia mengambil bolpen dan
selembar kertas. Ia menulis alamat blog dan paswordnya. Ia pun menyimpan di
atas laptop.
Ia kembali menyenderkan tubuhnya.
Karena sudah tidak kuat lagi, iapun menghembuskan nafas terakhirnya dengan
senyuman yang tergambar di wajahnya.
Mama dan papanya, kakak-kakaknya dan
sahabatnya masuk berbarengan ke kamar Cindy. Ditemukannya Cindy yang terbaring
diranjang yang sudah tidak bernapas lagi. Seketika suara tangis pecah, seorang
gadis remaja yang selama ini tabah menanggung penyakitnya sudah meninggalkan
mereka untuk selamanya.
Kak Leo mememukan selembar kertas yang
berada diatas laptopnya. Ia pun membaca alamat blog yang ditulis Cindy. Lalu
segera ia membuka laptopnya, dan mengara ke blog Cindy.
Setelah membaca isi blognya. Semuanya
kembali menangis. Mereka tak menyangka seberat itu Cindy menanggung penyakitnya
dan selalu tidak ingin terlihat lemah dihadapan mereka. Ia juga selau
memaksakan tersenyum untuk menutupi rasa sakitnya.
14 Juli 2013, Cindy Amalia dimakamkan
dengan diantar oleh tangisan dari keuarga dan sahabat-sahabatnya. Walau Cindy
sudah tidak ada di dunia lagi, tapi Cindy akan selalu tetap ada di hati mama
dan papanya, kak Leo dan kak Rini, dan sahaba-sahabatnya Nanda, Melody, Aisyah,
Dara, dan Rara.
Selamat jalan Cindy, kini kamu sudah
bahagia disana, dan tak pernah lagi akan merasakan sakit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar