LOVE

LOVE

Jumat, 02 Januari 2015

CERPEN CINDY DAN LUPUS

CINDY DAN LUPUS
Karya: Nuratul syahrani


Senin yang cerah disambut dengan matahari yang memancarkan sinarnya tanpa lelah. Tentu saja semua orang sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing di hari yang sibuk ini.
Cindy yang sedang siap-siap ingin berangkat ke sekolah, kaget dengan keadaan rambutnya yang rontok dalam cukup banyak. Ia pun memanggil mamanya.
“ Mama, kenapa rambut Cindy rontok? Apa mungkin Cindy penyakitan ? ” Tanya Cindy.
“ Ngaco kamu. Kamu itu dari kecil jarang terserang penyakit. Mungkin kamu tidak cocok sama sampoomu yang sekarang. Nanti mama beliin yang baru. Udah turun sana, ditungguin papa tuh.” Kata Mamanya.
“ Iya Mah. “ kata Cindy sambil mengambil tasnya dan mengikuti mamanya turun ke lantai bawah rumahnya.
Mama dan papa Cindy sangat menyayangi anak-anaknya. Mereka rela berkorban apapun demi kebahagiaan anak-anaknya.
Cindy Amalia, seorang siswi kelas 7 di SMP Merah Putih. Ia anak bungsu dari 3 bersaudara. Ia mempunyai 2 orang kakak, kakak pertamanya bernama Leo, dan kakaknya yang satu lagi bernama Rini. Mereka sangat sayang kepada adik bungsunya itu.
Ia memiliki sahabat yang selalu ada untuknya, mereka adalah Nanda, Melody, Aisyah, Dara, dan Rara. Mereka memiliki karakter yang berbeda-beda. Nanda seorang atlet yang punya jiwa keras. Melody, seperti namanya ia memiliki jiwa seni tinggi, dan memiliki suara yang merdu. Aisyah, orangnya alim dan sangat toleransi terhadap disiplin. Dara orangnya suka dandan dan selalu berpenampilan  modis. Sedangkan Rara, tubuhnya yang berisi selau membuatnya suka makan. Namun, sahabat-sahabatnya punya satu sifat yang sama, mereka semua tidak milih-milih teman, karena itulah mereka bisa bersama.
Cindy orangnya aktif, dan disenangi banyak orang, karena dia baik dan selau mementingkan orang lain dari pada dirinya. Namun hidupnya berubah mulai dari sekarang.

Waktu itu, Cindy sudah kelas 9 dan sedang mengikuti pelajaran olahraga. Dibawah terik matahari, ia dan teman-teman sekelasnya disuruh lari mengelilingi lapangan sekolah 5 kali putaran. Saat sudah 3 kali putaran, wajah Cindy tiba-tiba timbul bercak-bercak merah, dan Cindy mulai merasakan lemas dan lelah dibadannya, iapun memelankan larinya.
Teman-temannya menyadari keanehan itu, mereka mengamati perubahan Cindy, dan menghampiri Cindy. Namun, sebelum mereka mengeluarkan suara ingin bertanya pada Cindy. Cindy suaah jatuh pingsan duluan.
Mama dan papa Cindy belari dikoridor sekolah menuju UKS. Dilihatnya putri bungsunya, terlunglai lemas di kasur. Diceritakanlah kejadian yang sebenarnya oleh Aisyah pada mama dan papanya Cindy.
Mama dan papanya Cindy memang sudah lama merasakan keanehan perubahan fisik pada putrinya itu. Akhir-akhir ini, Cindy mengalami sariawan yang berkepanjangan, namun saat di periksa ke dokter spesialis kulit, katanya hanya sariawan biasa. Cindy juga sering kantuk dan pingsan di rumah, saat diperiksa ke dokter spesialis dalam, katanya hanya kelelahan dan kurang tidur saja. Padahal Cindy tidak pernah memaksakan diri untuk begadang.
Akhirnya, mama dan papa Cindy memutuskan untuk membawa Cindy ke RSU terbesar dan terlengkap yang berada di Jakarta. Setelah mendengar keluahan yang dialami Cindy, diperiksa, dicityscan, dan mengikuti semua prosedur yang disuruh oleh dokter. Akhirnya, Cindy didiagnosa mengidap penyakiti Lupus. Mama dan papa Cindy, terkejut mendengarnya, tak tega ia ingin memberitahu keadaan yang sebenarnya pada anaknya. Akhirnya, mereka memutuskan untuk sementara ini tidak memberitahu anakanya. Ia hanya memberitahu kakak-kakaknya dan sahabatya. Walu meraka semua menangis mengetahui keadaan Cindy yang sebenarnya, tapi mereka tidak ingin keliahatan sedih didepan Cindy.

Sudah 2 bulan, Cindy dirawat dirumah sakit tanpa mengetahui penyakit apa yang dideritanya. Walau setiap hari, ia tidak pernah merasa sepi, karena selalu ditemani oleh keluarga dan sahabat-sahabatnya. Namun tetap sja ia merasa bosan berada di rumah sakit yang harus diinfus setiap hari. Iapun memberanikan diri untuk memeberitahu mama dan papanya tentang keinginannya untuk pulang.
Walau sudah mengahasut putrinya untuk tetap tinggal dirumah sakit, namun Cindy tetap bersikeras ingin pulang. Dengan berat hati, mereka menuruti keinginan putrinya, karena mereka tidak bisa memberikan alasan kenapa Cindy harus tetap tinggal dirumah sakit. Dengan janji akan selalu datang ceck up Cindy diizinkan pulang oleh dokter.
Cindy menepati janjinya, ia selalu ceck up dan ditemani oleh mama dan papanya, bergantian dengan kakak-kakaknya dan juga sahabat-sahabatnya. Keadaan Cindy juga mulai membaik. Dia sudah bisa beraktivitas seperti biasanya.
Namun, akhir-akhir ini ia sibuk dengan persiapan UNnya, sehingga ia kadang-kadang lupa untuk ceck up yang membuat kondisinya mulai menurun dan membuatnya kembali dirawat di rumah sakit.
Cindy mulai penasaran tentang penyakitnya, akhirnya ia memberanikan diri untuk bertanya langsung pada mama dan papanya. Sudah saatnya Cindy tahu tentang penyakitnya. Akhirnya, mama dan papanya memberitahunya. Sempat keadaan Cindy drop mendengar bahwa dia menderita penyakit lupus. Ia mulai tidak ingin minum obat dan merasa putus asa kan penyakitnya. Namun, sahabat-sahabatnya selalu menghibur dan memotivasinya, sehingga membuatnya bangkit kembali.
Walau sudah dilarang mama dan papanya untuk jangan terlalu memksakan diri untuk  belajar. Namun Cindy tidak mendengarkannya. Ia tetap membawa buku pelajarannya kemana-mana.
Besok, UN SMP akan mulai dilaksanakan. Cindy memaksa mama dan papanya untuk mengizinkannya mengikuti UN di sekolah. Dengan pertimbangan yang berat , mama dan papanya menuruti lagi keinginan putrinya.
Keesokan harinya, Cindy diantar oleh Mama, Papa, Kak Leo dan Kak Rini berangkat ke sekolah. Dengan seragam sekolah yang dikenakannya, alat-alat tulis yang sudah disiapkannya dan kursi roda yang dinaikinya. Ia siap mengikuti UN. Ia berhasil mengikuti UN sampai selesai dan lancar. Ia tidak sabar menunggu hasilnya.
Cindy konsisten meminum obat dan mengikuti terapi. Keadaanya sedikit membaik dari kemarin. Akhirnya pengumuman kelulusan keluar. Ia mendapat nilai tertinggi disekolahnya bahkan se Indonesia jurusan IPA. Semuanya ikut bahagia.
Dengan prestasi yang baru didapatkannya, sudah memberikan motivasi baru untuknya. Bahwa apapun penyakitnya, ia tidak boleh putus asa dan selalu tetap meraih prestasi. Karena ada keluarga dan sahabatnya yang selalu mendukungnya.

Keadaan Cindy mulai membaik. Sudah tidak da lagi gejala yang ia rasakan. Dengan terapi dan pengobatan yang diikuti Cindy. Akhirnya, Cindy dinyataan sembuh dari penyakitnya, dan ia sudah bisa keluar dari rumah sakit.
Cindy kembali menjadi perempuan remaja yang aktif seperti dulu. Tidak ada wajah pucat lagi, dan bercak-bercak merah di pipinya. Ia menjalani hari-harinya menjadi siswi SMA dengan tenang tanpa dihanatui lagi oleh peyakitnya.
Kini Cindy sudah menginjak kelas 11, ia menjadi siswi berprestasi. Banyak perlombaan yang ia menangkan, salah satunya juara satu dalam Lomba Mengarang Nasional tingkat SMA.
Ia sudah tidak khawatir lagi tentang penyakitnya yang kembali kambuh. Ia sudah benar-benar sembuh dan tidak pernah lagi merasakan gejala-gejalanya.
Namun, akhir-akhir ini kondisi Cindy mulai memburuk. Gejala-gejala itu kembali padanya dan lebih parah. Rambutnya sekarang sudah benar-benar rontok hanya sisa beberapa  helai saja. Tubuhnya benar-benar kurus, sampai –sampai kelihatan garis-garis tulangnya. Bibirnya pecha-pecah dan ada gumpalan hitam. Berkas-berkas merah timbul di wajahnya hampir semuanya bahkan dibadannya. Penyakit lupusnya kambuh.
Ia kembali dirawat di rumah sakit, makin hari kondisinya semakin parah. Sahabat-sahabatnya tak henti-hentinya menghiburnya walau sangat susah , ia selalu memaksakan senyuman agar selau terpancar di bibirnya.

Suatu hari, ia benar-benar merasa sudah tidak kuat lagi menanggung penyakitnya. Ia meminjam laptop abangnya yang berada di atas meja di sampingnya.
Walau dalam keadaan sakit, ia membuka laptop itu, dan masuk ke blognya. Ia menulis semua cerita dan perasaannya tentang penyakit lupus yang sudah lama dideritanya. Ia juga menulis pesan-pesan untuk mama dan papanya, kakak-kakaknya dan sahabat-sahabatnya. Ia menutup laptopnya dan kembali disimpannya di meja tadi. Ia mengambil bolpen dan selembar kertas. Ia menulis alamat blog dan paswordnya. Ia pun menyimpan di atas laptop.
Ia kembali menyenderkan tubuhnya. Karena sudah tidak kuat lagi, iapun menghembuskan nafas terakhirnya dengan senyuman yang tergambar di wajahnya.
Mama dan papanya, kakak-kakaknya dan sahabatnya masuk berbarengan ke kamar Cindy. Ditemukannya Cindy yang terbaring diranjang yang sudah tidak bernapas lagi. Seketika suara tangis pecah, seorang gadis remaja yang selama ini tabah menanggung penyakitnya sudah meninggalkan mereka untuk selamanya.
Kak Leo mememukan selembar kertas yang berada diatas laptopnya. Ia pun membaca alamat blog yang ditulis Cindy. Lalu segera ia membuka laptopnya, dan mengara ke blog Cindy.
Setelah membaca isi blognya. Semuanya kembali menangis. Mereka tak menyangka seberat itu Cindy menanggung penyakitnya dan selalu tidak ingin terlihat lemah dihadapan mereka. Ia juga selau memaksakan tersenyum untuk menutupi rasa sakitnya.
14 Juli 2013, Cindy Amalia dimakamkan dengan diantar oleh tangisan dari keuarga dan sahabat-sahabatnya. Walau Cindy sudah tidak ada di dunia lagi, tapi Cindy akan selalu tetap ada di hati mama dan papanya, kak Leo dan kak Rini, dan sahaba-sahabatnya Nanda, Melody, Aisyah, Dara, dan Rara.
Selamat jalan Cindy, kini kamu sudah bahagia disana, dan tak pernah lagi akan merasakan sakit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar